Optimis Menggapai Impian
Silvia Dewi Yasmaniar
Seorang
wanita berpakaian rapi terlihat sedang melamun di dekat pohon mangga. Sebut
saja Devia, seorang Guru Matematika di SMA Negeri 1 Ciasem. Ada sesuatu yang
sedang ia kenang dari tempat itu. Sebuah pahatan pada batang pohon yang
bertuliskan 7914 sedang ia pegang. Angka tersebut memiliki arti penting
baginya. Angka tujuh merupakan tanggal, sembilan adalah bulan September dan
empat belas adalah tahun dua ribu empat belas.
“Aku
rindu kalian. Apakah kalian ingat hari itu? Apakah kalian ingat aku saat
kesuksesan kalian telah dinikmati? Besok adalah hari yang kunanti sejak lima
tahun yang lalu ketika kita mulai mencari jati diri. Sekolah ini yang membuatku
selalu ingat kalian. Sekolah ini yang membuatku merasa dekat dengan kalian
walau kalian jauh dariku” ucap Devia sambil meneteskan air mata ketika ia
teringat dengan janji teman-temannya saat masih duduk di bangku SMA.
***
Bel
istirahat telah berbunyi. Devia bersama
teman-temannya berkumpul di bawah pohon mangga yang berada di depan teras
kelas.
“Kalian
sadar nggak sih? Kita ini udah kelas tiga. Tinggal satu tahun lagi kita bisa
bareng-bareng kaya gini,” ucap Aviani.
“Pasti
kangen deh kalau udah saling jauh. Apalagi kalau udah punya kehidupan yang baru
dan lebih asyik,” kata Cania.
“Mungkin
aku akan ke Semarang untuk melanjutkan kuliah. Pasti kangen banget sama kalian
semua,” Lita tak mau ketinggalan.
“Kalau
aku mau ke Bandung aja. Mau cari sekolah desain yang terbaik,” ucap Sissy.
“Aku
masih bingung. Tanteku bilang aku disuruh masuk jurusan kebidanan tapi aku
takut sama darah,” kata Fifi.
“Dari
dulu aku pengen banget jadi guru matematika. Mungkin aku hanya bisa melanjutkan
ke perguruan tinggi dekat sini. Itupun kalau ada biaya. Kalau tidak, ya mau
hidup mandiri dulu dengan cari kerja. Tapi aku tetep di sini kok, jadi kalian
gak susah payah kalau mau ketemu sama aku,” kini Devia yang berkata.
“Aku
optimis mau jadi dokter. Tapi masih bingung sama biaya yang jumlahnya tidak
sedikit. Kita optimis harus melanjutkan, karena SMA bukanlah menyiapkan
siswanya untuk menjadi tenaga kerja tetapi untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Kalau kalian udah sukses, janga lupain aku ya,” kata Aviani.
“Intinya,
Kita harus optimis dalam menggapai impian kita dengan didasari dengan kerja
keras dan pantang menyerah. Insya Allah Kita pasti bisa,” kata Cania.
“Di
luar sana akan lebih banyak kompetisi. Jika dalam hal akademis Kita kurang,
Kita akan kalah dengan orang-orang yang memiliki keadaan ekonomi tinggi. Jaman
sekarang, yang penting banyak uang, pasti apapun bisa dilakukan. Banyak orang
yang menggunakan cara instant dalam mencapai keinginannya. Kita harus buktikan
kalau Kita bisa. Kita bawa nama SMA Kita ini lebih harum,” kata Lita.
“Tapi
jika setelah lulus nanti Kita atau salah
satu dari kita tidak bisa melanjutkan, jangan minder ya. Kita ini sahabat.
Pokoknya Kita tidak boleh putus asa,” kata Fifi.
“Di
bawah pohoh ini, Kita berjanji kalau Kita akan berkumpul kembali. Apapun
keadaan Kita kelak. Ini janji Kita. Janji calon Guru Matematika, Dokter, Dosen,
Desainer, Bidan dan Broadcaster. Dan di pohon ini akan Aku pahat dengan tanggal
dimana Kita akan bertemu kembali,” ucap Devia sambil memegang cuter untuk memulai memahat.
“Ide
bagus tuh. Mungkin pohon ini akan menjadi saksi persahabatan Kita di SMA
sekaligus saksi kalau persahabatan Kita gak akan terputus,” kata Cania.
“Terus
kalau hari itu ada yang gak bisa datang gimana?” tanya Sissy.
“Jangan
berpikir kesitu dulu. Kita berpisah itu untuk berjumpa lagi. Intinya, kita
jangan lepas dari komunikasi,” kata Aviani.
***
Keesokan
harinya Devia ke sekolah walaupun besok adalah hari libur. Ia sengaja mengisi
hari esok untuk memeriksa hasil ulangan Matematika kelas XII IPA 4.
“Akhirnya
selesai juga,” ucapnya sambil melirik ke arah jam dinding yang sudah
menunjukkan pukul sebelas siang.
Deviapun
berjalan menuju pohon mangga dekat kelasnya dulu. Ia melihat tiga orang wanita
sedang duduk di teras kelas. Iapun segera mempercepat langkahnya. Ia sungguh
terkejut.
“Aviani,
Lita, Sissy, kalian ingat hari ini?” Devia langsung menitihkan air mata.
“Bukan
hanya ingat, tapi kita selalu menunggu hari ini,” kata Lita.
“Janji
kita dulu kan kalau kita berpisah, ya itu untuk bertemu lagi. Kita tinggal
tunggu Fifi sama Cania,” kata Aviani.
Sambil
menunggu Fifi dan Cania, tak terasa dua jam telah berlalu dengan bernostalgia.
Tapi bagi mereka, itu waktu yang singkat untuk menceritakan pengalaman menarik
saat di bangku kuliah. Tak lama kemudia Fifi
dan Cania datang. Akhirnya, mereka dapat dipertemukan kembali walau
sudah lima tahun berpisah.
“Sekarang
sudah bukan calon lagi. Tapi sudah menjadi Guru Matematika, Dokter, Dosen,
Bidan, Arsitek dan Broadcaster,” kata Fifi.
“Kuliah
udah selesai, kerjaan udah dapet, tinggal cari pendamping hidup deh,” kata
Devia yang membuat teman-temannya tertawa.
Kesuksesan
akan datang jika Kita optimis dan dapat bekerja keras dengan sungguh-sungguh. Mungkin
Devia, Aviani, Lita, Sissy, Cania dan Fifi hanyalah siswi biasa yang ingin kuliah
setelah lulus dari SMA mereka yang tercinta ini. SMA mereka hanyalah sekolah
yang berada di pedesaan. Tapi, mereka tetap optimis dapat bersaing dengan
siswa-siswi yang berasal dari SMA yang lebih bagus dan lebih terpandang. Walaupun
keadaan ekonomi dan nilai akademis menjadi penghambat dalam proses penggapaiannya,
tapi Mereka selalu mencari jalan keluar agar tujuan utama mereka bisa tercapai.
Alhamdulillah, mereka berenam dapat meraih cita-cita yang mereka inginkan dengan
cara dan keberuntungan yang berbeda-beda. Ada yang dibiayai oleh orang tua, ada
yang sudah mandiri dengan cara kuliah sambil kerja, dan ada juga yang mendapat
beasiswa. Inilah kerja keras yang berbuah kesuksesan. Bukan hanya mereka
berenam saja, masih banyak orang yang berhasil dengan cara kerja keras dan
optimis. Ada banyak orang yang mampu dalam hal akademis tapi pesimis karena
masalah ekonomi yang kurang memadai. Jangan jadikan kekurangan untuk menjauh
dari hal yang seharusnya Kita ketahui, tapi jadikanlah kekurangan sebagai alat
penguat rasa keingintahuan. Harapan akan terwujud jika Kita mau berusaha, bukan
dengan cara instant. Intinya, bukan
hanya berharap jika cita-cita ingin terwujud. Tapi, berusahalah dalam
mewujudkan cita-cita.
*SELESAI*
Komentar
Posting Komentar