BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kita sebagai seorang pendidik,
dituntut untuk semakin kreatif dalam mengembangkan atau menyajikan materi ajar kita
kepada siswa atau peserta didik. Sehingga hasil dari proses yang kita
kembangkan membuat peserta didik kita siap menghadapi tantangan kemajuan ilmu
pengetahuan saat ini. Seperti yang kita tahu, untuk memperoleh pengetahuan itu,
tidak harus mendapatkannya dibangku sekolah saja atau dengan kata lain ilmu
dapat kita peroleh dari mana saja, terutama lewat lingkungan sekitar kita. Oleh
karena itu, pemahaman tersebut harus dapat kita tanamkan pada setiap peserta
didik kita agar pengetahuan yang mereka peroleh tidak hanya sebatas pengetahuan
dari sekolah saja.
Kita sebagai pendidik
juga dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik kita untuk belajar mandiri
dengan maupun tanpa bimbingan dari guru. Peserta didik harus mampu
mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk menemukan suatu
konsep dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga harus terbiasa dengan
pemahaman untuk belajar berlangsung seumur hidup mereka.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa saja peran guru dalam proses pembelajaran?
2.
Apa saja kinerja guru dalam proses pembelajaran?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran
2. Untuk
mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Guru dalam Proses
Pembelajaran
Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen pasal 1 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sosok guru, merupakan professi yang mulia, karena dari
gurulah, orang tahu ilmu pengetahuan dan etika. Tanpa didikan mereka, mungkin
masyarakat masih dalam era ketertinggalan. Dari mereka pula, maka anak-anak
cerdas indonesia lahir dan berjaya dalam olimpiade pengetahuan dunia.
Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik,
pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang
dilandasi dengna kesadaran (awareness), keyakinan (belief), kedisiplinan
(discipline), dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa yang optimal, baik
fisik maupun psikhis.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai
“pengajar”, “pendidik”, dan “pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru.
Peranan guru ini akan senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya,
baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun mengajar, dapat
dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa
sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses
belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Mengenai apa peranan guru itu ada
beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Prey
katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihata-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang
yang menguasai bahan yang diajarkan.
2. Havighurts
menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employe) dalam
hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai
kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam
hubungannya dengan anak didik, sebagai pengataur disiplin, evaluator dan
pengganti orang tua.
3. James
W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran , merencana dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4. Federasi
dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah,
tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dari nilai dan sikap.
Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau penerapan
program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru dipandang
sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar siswa.
Mengingat perannya yang begitu penting, maka guru dituntut
untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang
kompetensinya sebagai pendidik.
Kompetensi pendidik (guru) itu meliputi : kinerja
(performance), penguasaan landasan profesional/akademik, penguasaan materi
akademik, penguasaan keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian
interaksional, dan kepribadian (rochman N.,2003).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah performance (kinerja), yaitu “seperangkat perilaku kerja nyata
ditunjukkan oleh seseorang pada waktu melakasanakan tugas
profesional/keahliannya ”.
Sementara kinerja (Performance) guru dapat diartikan sebagai
“Seperangkat prilaku guru yang terkait dengan gaya mengajar, kemampuan
berinteraksi dengan siswa, dan karakteristik pribadinya yang ditampilkan pada
waktu melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik
(pembimbing,pengajar,dan/atau pelatih)”.
Untuk mengetahuai apakah seorang guru telah melakukan
kinerja profesionalnya pada waktu mengajar dan bagaimana mutu kinerjanya
tersebut, maka guru perlu memiliki kemampuan untuk mengevaluasinya. Cara yang
dapat ditempuh untuk melakukan evaluasi tersebut diantaranya dengan menggunakan
skala penilaian diri (self evaluation), kuesioner yang memuat skala penilaian
oleh para siswa sebagai umpan balik (feedback) terhadap kompetensi kinerja
tersebut, dan skala penilaian oleh teman sejawa (peer evaluation).
Kinerja
guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam rumusan SERVICER,
yaitu kepanjangan dari:
1. Smile and
Simpathy
Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus
mempresentasikan wajah dngan penu snyuman sebagai wujud simpati dan sambutan
hangat (wellcome) terhadap peserta didik sehingga siswa lebih merasa betah
untuk melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran harus menjadi inspiratif dan
pewujud kebahagiaan intelektual
(intelektual Happiness), kehagiaan emosional (emotional Happiness),
kebahgiaan spiritual (spiritual happiness), dan kebahagiaan dalam merekayasa
ancaman menjadi peluang (adversity happiness).
2. Emphaty and
Enthusiasm
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki ribadi
merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran, serta dalam hidupnya dengan penuh antusias berusaha
sekuat tenaga untuk meralisasikan potensi yang dimiliki peserta didik dengan
seoptimal mungkin.
3. Respect and
Recovery
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menaruh hormat dengan
menghargai terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi kesan
yang mendalam dan sekaligus merupakan
daya pikat (magnetic force) di hati peserta didik. Peserta didik dengan
perlakuan oleh guru manusiawi, guru harus menjadi obat yang mujarab bagi
pemulihan (recovery) peserta didik untuk kembali belajar dengan penuh gairah
dan kesungguhan.
4. Vision and
Victory
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmen
terdap masa depan siswa yang lebih baik (visioner) dan memberikan keuntungan
(victory) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul komperatifdan
kompetitif.
5. Iniatiatif,
Inperesive, dan Inovatif
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun
prakarsa (inisiative) dengan penuh kesan positif (impressive) di hati para
peserta didik sehingga peserta didik merasa betah dan bebas untuk melahirkan
berbagai gagasan yang cemerlamg sebagai wujud adanya adanya dorongan untuk
melakukan inovasi secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran.
6. Care and
Cooperative
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi
sebagai wujud kepedulian kepada peserta didik, yang dilakukan secara kooperatif
dengan sesame guru, kepalasekolah, peserta didik, atau dengan stake holder
lainnya, serta berupaya membangun perilaku peserta didik sesuai dengan standar
nrma yang berlaku dalam lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam
kesemerawutan (surfing on chaos) atau lebih jauh mampu menyelam dalam
kesemerawutan ( diving on chaos).
7. Emprowing and
Enjoying
Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu
memberdayakan (empowering) potensi
peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat dan minatnya sehingga para peserta didik merasa senang
(enjoying) denganpenuh kesadaran, komitmen, dan rasa tanggung jawab melaksankan
proses pembelajaran secara aktif, kreatif, evektif, inovatif, dan menyenangkan.
Proses belajar dengan rasa senang dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan prestasi
belajar siswa, dan dapat menghindari terjadinya prestasi belajar siswa di bawah
kemampuannya (under achiever).
8. Result Oriented
Guru dalam menjalankan tugasnya harus ditunjukan kepada pencapaian tujuan pembelajaran , baik
yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi, indicator belajar,
Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
Guru sebagai pemegang otonomi kelas
atau pelaku reformasi kelas (classroom reform) dapat melaksanakan perannya
sebagai berikut.
1. Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan
lingkungannya. Oleh karena itu guru harrus mempunyai standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial,
serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakanya dalam proses pembelajaran
di sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan
secara mandiri berkaitan dengna pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta
bertindak sesuai dengan kondisi persta didik dan lingkungan.
2. Guru
Sebagai Pengajar Dan Fasilitator
Didalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketeahuinya, membentuk
kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar,
harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga apa yang disampaikan
kepada peserta didik merupakan hal-hal yang up todate dan tidak ketinggalan
zaman.
Gaya Mengajar Seorang Guru
Menurut Donald medley gaya mengajar
guru ini merujuk kepada kemampuan guru untuk menciptakan iklim kelas (classroom
climate). Sementara ahli lain menggambarkan gaya mengajar itu sebgai (1) aspek ekspresif mengajar, yang menyangkut
karakteristik hubungan emosional antara guru, siswa, seperti hangat atau
dingin; dan (2) aspek instrumental mengajar, yang menyangkut bagaimana guru
memberikan tugas-tugas, mengelola belajar, dan merancang aturan-aturan kelas
(Ornstein, 1990).
Lippitt dan White mengklasifikasikan
gaya mengajar itu ke dalam tiga kategori (study klasik), yaitu
(a) autotitarium: guru mengarahkan keseluruhan kegiatan
program pembelajaran
(b) demokrasi: guru mendorong dan melibatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertukar pemikiran dalam
proses pengambilan keputusan
(c) laisses faire: guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak memberikan arahan atau
aturan bagi tingkah laku kelompok atau individu siswa.
Hasil penelitian Lippit dan White dengan menggunakan tiga
kategori tersebut menunjukkkan bahwa
(a) para siswa yang diajar dengan gaya mengajar autoritarian
kurang memiliki kemampuan berinisiatif untuk melakukan suatu kegiatan, menjadi
tergantung kepada guru, bersifat agresif , dan suka menentang terhadap pimpinan
(b) para siswa yang diajar dengan cara mengajar demokrasi
memiliki sikap bersahabat, mau bekerja sama dalam kelompok, dan dapat
mengrjakan tugas-tugas akademik tepat waktu
(c) para siswa yang diajar dengan gaya laissez-faire
mengalami kebingungan dan tidak produktif.
Louis Rubin (Ornstein, 1990)
mendeskripsikan gaya mengajar ke dalam
enam aspek, yaitu sebagai berikut:
a.
Explanatory, guru menjelaskan materi pelajaran dan aspek-aspek lain yang
terkait dengan pelajaran.
b. Inspiratory,
guru menstimulasi (memotivasi) siswa, dan menampilkan keterlibatan emosional
dalam mengajar.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar
yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta didik
dapat belajar melalui internet tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui
televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita, berikut
disampaikan beberapa cara mengajar.
1. Gaya Mengajar Klasik
a) Proses
mengajar merupakan pemelihara dan penyampakan nilai- nilai lama yang baik dari
generasi masa lampau ke generasi berikutnya, sebagai ujud adanya konservasi
b) Materi
mengajar terdiri atas sejumlah informasi yang paling actual dan dipilh dari
bunia yang paling diketahui peserta didik.
c) Proses
menyampaikan materi pelajaran tidak didasarkan atas minat anak, melainkan pada
urutan tertentu.
d) Peran
guru sangat dominan dalam menyampaikan baha pelajaran dan peserta didik menerimanya.
e) Guru
harus ekspert dalam ata pelajaran yang dipegangnya.
f)
Proses pengajaran pasif, sebab peserta didik mrupakan subjek yang diberi
pelajaran
2. Gaya mengajar Teknologis
a) Materi
pembelajaran disesuikan dengan perkembangan peserta didik.
b) Materi
pembelajaran berhubungan dengan pembentukan kompetensi vokasional perserta
didik.
c) Penggunaan
multimedia merupakan adpek penting dalam proses pembelajaran peserta didik.
d) Materimpembelajaran
merupakan aspek yang paling berarti bagi
kehidupan peserta didik.
e) Guru
berperan sebagai fasilator dalam proses pembelajaran peserta didik.
3. Gaya Mengajar Personalisasi
a) Prosos
pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat , pengalaman dan pola
perkembangan mental peserta didik.
b) Pembelajaran
berpusat pada pesrta didik (student centre)mengingat peserta didik
dipandang sebagai pribadi yang memiliki untuk dikembangkan dan memiliki potensi
untuk menyesuaikan diri denga lingkungannya.
c) Guru
berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran, peserta didik,
mengingat guru sebagai pribadi professional yang mengausai keahlian dalam
psikologi dan metodologi.
4. Gaya Mengajar Interaksional
a) Guru
dan peserta didik sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran, dimana keduanya sama-
sam dominan.
b) Guru
dan peserta didik berusaha memodifikasi materi pembelajaran dalam ragka mencari
bentuk baru secara radikal, sebagi wujud adanya proses transformasi.
c) Guru
menciptakan iklim saling kebergantungan dalam proses pembelajaran sehingga
dapat memfasilitasi terjadinya dialog interaktif antara peserta didik dalam
upaya menciptakan gagasan- gagasan baru yang penuh arti bagi kehidupan.
d) Materi
pembelajaran lebih difokuskan pada masala- masalah yangberhubungan dengan aspek
cultural kontemporer sebagai wujud adanya proses inovasi.
Wijaya
dan Djadjuri (1984:3), manyatakan, fungsi mengajar di antaranya:
·
Menerangkan dan memberikan informasi
·
Mendorong inisiatif, mengarahkan
pelajaran, dan mengadministrasikannya
·
Menciptakan kelompo- kelompok
belajar
·
Menciptakan suasana belajar yagb
aman
·
Menjelaskan sikap, masalah, dan
kepercayaan
·
Mencari kesulitan – kesulitan
belajar agar siswa dapat memecahkannya sendiri
·
Mebuat bahan- bahan kurikulum
·
Mengevaluasi hasil belajr, mencatatnya,
dan melaporkannya
·
Memperkaya kegiatan belajar
·
Mengelola kelas
·
Mempartsifikasikan kegiatan sekolah
·
Mempartsifasikan diri di dalam
kehidupan professional
3. Guru
Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya yang bertanggung
jawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan wwaktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan
petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru
harus berdasarkan kerja sama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru
memiliki hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan
dilaksanakannya.
4. Guru
Sebagai Pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarahkan peserta didik dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang di hadapi, mengarahkan peserta didik
dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya, sehingga pesaerta didik dapat membangun karakter
yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. Guru
Sebagai Pelatih
Guru yang profesional harus mampu berperan seperti pelatih
olah raga. Ia lebih banyak membantu siswanya dalam permainan. Sebagai pelatih,
guru harus senantiasa memotivasi siswanya untuk menguasai materi pelajaran,
bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, saehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompeteni dasarr sesuai dengan potensi masin-masing peserta didik.
6. Guru
Sebagai Penilai
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang
hampir tidak mungkin dapat dipisahkan
dengna setiapn segi penilaian. Tidak ada
pembeljaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik
apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang
meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelakanaan dan tindak lanjut.
7. Guru
Sebagai Pemimpin
Seorang guru juga adalah seorang pemimpin, dimana guru
dituntut untuk dapat mengarahkan dan memimpin siswanya kejalan yang benar,
memberikan tauladan, nasihat dan arahan-arahan sehingga siswanya tidak
mengalami salah jalan dan tujuan dalam kehidupannya.
Guru
sebagai pemimpin di kelasnya harus mampu menciptakan atmosfir kelas yang
ilmiah, agamis, dan menyenangkan. Hal ini sebagaimana dikatakan Riawan Amin (2004) dalam bukunyab The
Celestial Managemen, meskipun dalam hal ini dimodifikasi oleh penulis sebagai
berikut.
a.
Guru
harus membangun kelas sebagai a place of worship, yaitu kelas sebagai tmpat
untuk membangun ibadah, yang dikemas dalam kata ZIKR.
·
Zero
Base, yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki hati yang berih, jernih,
dan apa adanya, serta menularkanya kpada peserta didik.
·
Iman,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki keyknan yang menyatu dengan
Tuhan.
·
Konstinten,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki kepribadian tang tetap dan
tegasm sehingga dapat menularkanya kepada peserta didik.
·
Rusult
Oriented, yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki komitmen terhadap
barbagai kegiatan yang berorientasi pada sasaran pembelajaran dan menularkan
kepada peserta didik agar menjadi insane insane yang berwawasan masadepan.
b.
Guru
harus membangun kelas sebagai a place of wealth, yaitu tempat untuk membangun
kesejahteraan lahir dan batin sehingga kelas menjadi tempat untuk berbagi dan
menyejukan hati secara inovatif. Kegiatan ini dikemas dalamkata PIKR.
·
Power
Sharing, yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus berbagi peran dengan peserta
didik, guru harus menempatkan diri sebagai panutan, motivator, dan membimbing
sesuai dengan potensi yang dimilikinya
·
Information
Sharing, yaitu guru sebagai pemimpin kelas harusmenguasai dan berbagi informasi
kepada peserta didik sehingga tercipta masyarakat penguasa informasi.
·
Knowledge
Sharing, yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menguasai dan berbagi ilmu
pengetahuan kepada peserta didik, sehingga menjadikan kelas yang masyarakat
kelasnya memiliki sikap ingin tauyang tinggi, selanjutnya menjadi masyarakat
yang memiliki kultur pencinta dan pencipta ilmu engetahuan,yaitu masyarakat
pecinta belajar.
·
Reward
Sharing, yaitu guru sebagai kelas yang berprestasi harus dapat membangun
masyarakat kelas yang mecintai prstasi.
Oleh karena itu, di dalam kelas harus dibangun kultur motif
berprestasisecara kompetitif dan sehat sehingga dapat melahirkan peserta didik
unggulan. Untuk itu, sepantasnya dalam masyrakat kelas yang berprstasi perlu
diibangi dengan perkembangan tradisi salaing menghargai secara wajar antara
peserta didik dan guru.
c.
Guru
dapat membangun kelas sebagai a place or warfare, Yaitu menjadikan kelas bagai
tempat untuk memajukan peerta didik yang dikemas dalam kata MIKR.
·
Miltan,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menunjukan sebagai militant sejati, dan
harus menularkanya kepada peserta didik sehingga dapat melahirkan lulusan
unggulan yang mampu besaing dan bersanding dalam kehidupannya.
·
Intelek,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memilikikemampuan intelektual yang
tinggi, dan dapat menularkanya kepada peserta didik melalui pemberdayaan akal sehingga di dalam
kelas tumbuh kembang kultur kebahagiaan intelektual.
·
Kompetitif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki kinerja unggul , sehingga
peserta didik dapat menjai generasi yang mampu bersaing dan bersanding di
tengah lingkungannya.
·
Regeneratif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus mampu mewariskan keunggulan kepada
peserta didiknya sehingga mampu untuk melakukan inovasi, baik secara discovery ( menemukan sesuatu yang baru
dalam lingkungannya,tetapi tidak baru di dalam lingkungan yang lain tidak)
maupun invention ( menemukan sesuatu yang baru dan belum ditemuan di tempat
manapun ).
8. Guru
Sebagai Konselor
Seorang guru juga bisa sebagai konselor, karena guru profesional
adalah guru yang mampu menjadi sahabat dan teladan siswanya, serta mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
9. Guru
Sebagai Didaktikus
Riset mengenai tenaga pengajar dan
dampaknya terhadap belajar siswa sudah mempunyai latar belakang sejarah yang
cukup lama, meskipun lingkup penelitian itu tidak khusus meliputi kebudayaan
dan dunia sekolah di Indonesia. Berdasarkan keyakinan bahwa proses belajar yang
dilalui oleh seorang siswa kompleks karena kaitan antara banyak unsur, antara
lain tenaga pengajar diambil lebih dahulu prilaku dari tenaga pengajar itu
utnuk dipelajari secara khusus. Arus penelitian ini menjadi terkenal sebagai
aliran efektivitas guru yang menentukan suatu efek atau produk yang diharapkan
nampak pada siswa, dan kemudian mencari tindakan guru yang berperan positif
atau menopang usaha belajar siswa. Sejumlah proyek riset selama 1970-an
akhirnya menyimpulkan, bahwa terdapat 11 faktor pada tenaga pengajar yang
berkorelasi postitif dengan keberhasilan siswa dalam belajar akademis, antara
lain kejelasan dalam mendampingi dan mengatur tugas belajar; variasi dalam
penggunaan prosedur didaktis; menunjukkan entusiasme dalam cara berbicara dan
bergerak; prilaku yang membuat siswa berkonsentrasi pada tugas belajar yang
dihadapi; dan menyelesaikan semua materi kajian yang nantinya akan menjadi
bahan ujian dalam tes.
10. Guru
Sebagai Rekan Seprofesi
Supaya usaha pendidikan dan
pengajaran disuatu sekolah dapat berlangsung sbagaimana mestinya, kerja sama
profesional dalam jajaran tenaga pengajar dan pimpinan sekolah adalah syarat
mutlak, baik melalui kontak informal maupun formal, misalnya dalam rapat guru.
Kadar kerja sama profesional yang tinggi, ikut menjamin kelestarian suasana
belajar mengajar di sekolah. Kalau kadar kerja sama itu menurun dampak negatif
akan nampak dalam waktu yang tidak terlalu lama.
11. Guru
Sebagai Inisiator
Guru dalam
hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses balajar. Sudah barang tentu
ide-ide merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. Jadi,
termasuk pula dalam lingkup semboyan
“ing ngarso sung tulodo”
12. Guru
Sebagai Transmitter
Dalam
kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan pengetahuan.
13. Guru
Sebagai Mediator
Guru
sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya menengah atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi
siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan
mengorganisasikan penggunaan media.
14. Guru
Sebagai Evaluator
Ada
kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk
menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi kalau diamati
secara agak mendalam evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu sering hanya
merupakan evaluasi ekstrinsik dan sama sekali belum menyentuh evaluasi yang
intrinsic. Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi yang mencakup pula evaluasi intrinsic. Untuk
ini guru haaarus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria
keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup
hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan,
tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks,
terutama yang menyangkut perilaku dan
values yang ada pada masing-masing mata pelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
rumusan masalah, pembahasan dan tujuan beserta manfaatnya dapat di tarik
beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola
tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa
(yang terutama), sesama guru, maupun mengajar, dapat dipandang sebagai sentral
bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan
perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan
berinteraksi dengan siswanya.
2. Peran guru dalam proses
pembelajaran adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar dan
fasilitator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai
pelatih, guru sebagai penilai, guru sebagai pemimpin, guru sebagai didaktikus,
guru sebagai rekan seprofesi, guru sebagai inisiator, guru sebagai transmitter,
guru sebagai mediator, guru sebagai evaluator.
3. Kinerja guru bisa menjadi
optimal apabila mencerminkan rumusan SERVICER yakni emphaty and enthusiasm,
respect and recovery, vision and victory, iniatiatif, inperesive, dan inovatif,
care and cooperative, emprowing and enjoying, result oriented.
3.2 Saran
Lebih interaktif lagi bapak/ibu dosen dalam mengajar kami
belajar dan pembelajaran 2 ini sehingga beberapa dari kami yang merasa malu
bisa lebih terbuka dan bisa menampilkan dirinya di muka umum terlebih lagi
dengan beberapa peran dari guru ini membutuhkan kepercayaan diri dan berani
untuk berbicara di depan umum. Kami juga sangat mendukung dan mengapresiasi tindakan yang ibu lakukan untuk menyuruh
teman-teman yang tidak pernah muncul didepan kelas untuk berbicara di depan
kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Masykuri,
Maukuf. 2011. Guru Harapan Bangsa.
Jakarta: Muda Cendekia.
Hanafiah,
Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Sardiman,
A.M. 2010. Interaksi Dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Sugandhi, M. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rajawali Pers
Yamin, Martinis. 2009. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indinesia.
Jakarta: Grafika Putra Press
Komentar
Posting Komentar