1.
Apakah
yang harus dilakukan konselor/guru BK untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan
dan konseling agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik itu sendiri?
Jawab:
Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak
awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk
melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada
seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak
dijalankan itu.
Kedua, konselor harus selalu mempertahankan
sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan
personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan
keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap elitis atau
kesombongan/keangkuhan profesional.
Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk
memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan perannya itu
ke dalam kegiatan nyata. Konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya
menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan
yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul di pundak
konselor.
Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua
siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang
berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, yang
mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa,
yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai,
serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor dan
personal sekolah lainnya.
Kelima, konselor harus memahami dan
mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah
dengan kadar yang sukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan
emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan
pengalaman di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk
kegiatan lainnya.
Keenam, konselor harus mampu bekerjasama secara
efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap
kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya. Konselor memiliki kesempatan
yang baik untuk menegakkan cara bimbingan dan konseling profesional apabila ia
memiliki hubungan yang saling menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala
sekolah.
2.
Jelaskan dua teknik dasar pemahaman
individu dari setiap pendekatan tes dan non tes yang paling dapat anda lakukan
sebagai guru!
Jawab:
Teknik dasar pemahaman individu:
a) Pendekatan Tes
Pendekatan tes merupakan teknik
dasar pemahaman individu dengan menggunakan alat-alat pengukuran. Tes ini
disusun secara sistematis untuk mengukur kemampuan peserta didik. Sebagai guru
mata pelajaran matematika bentuk tes yaitu berupa soal dalam latihan, ulangan
harian, tes semester, dan ujian. Soal-soal tersebut dirancang oleh guru dalam
menilai dan mengukur tingkat perkembangan kemampuan peserta didik. Selain itu
hasil dari tes akan dianalisis oleh guru untuk melihat tingkat kesulitan dalam
konsep mana yang umumnya terjadi pada peserta didik. Dengan demikian, guru akan
memperbaiki dalam bentuk refleksi mengenai proses pembelajaran selanjutnya.
b) Pendekatan Non-Tes
Pendekatan non-tes merupakan teknik
pemahaman individu yang dirancang yang tidak menggunakan alat-alat yang
sifatnya mengukur, tetapi langsung dideskripsikan sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan. Obsevasi merupakan pendekatan non-tes yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran di sekolah. Pendekatan kualitatif dengan observasi
merupakan pendekatan non-tes dengan teknik langsung memperhatikan dan memahami
berbagai gejala tingkah laku peserta didik. Dengan observasi memungkinkan
pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting. Tujuan utama pendekatan
ini yaitu untuk mengetahui aktivitas dan perhatian yang dilakukan peserta didik
pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Oleh karena itu, pendekatan
non-tes harus dikuasai guru mata pelajaran.
3.
Jelaskan akibat yang ditimbulkan
dari adanya faktor-faktor negatif pada
diri individu!
Jawab:
1. Akibat Bagi Pelaku
a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
b. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2. Akibat Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat
a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.
a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
b. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2. Akibat Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat
a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.
4.
Jelaskan disertai contoh masalah siswa di sekolah dan
upaya yang dapat anda lakukan sebagai Guru untuk membantu siswa menangani
masalah tersebut!
a. masalah pribadi
b. masalah sosial
c. masalah belajar
d. masalah karir
Jawab:
a. Masalah Pribadi
Contohnya yaitu ketika peserta didik
sering bolos atau tidak masuk kelas. Ketika ditelusuri penyebabnya ternyata
peserta didik ini memiliki masalah pribadi yaitu ekonomi yang rendah. Sehingga
peserta didik ini bekerja setiap malam sampai pagi untuk membantu ibunya
mencari nafkah. Sebagai guru mata pelajaran matematika yang mempunya rasa
empati tentunya tidak bisa tinggal diam saja, tetapi harus ada pendekatan dan
usaha untuk mengajak anak tersebut agar masuk kelas kembali seperti biasa. Hal
yang pertama dilakukan yaitu melakukan pendekatan secara interpersonal. Setelah
peserta didik dan guru telah dianggap telah memiliki hubungan yang dekat,
langkah selanjutnya yaitu melakukan masukan/saran kepada peserta didik tersebut
dengan menawarkan solusi pengganti kerja padanya ketika malam hari. Penawaran
solusinya yaitu dengan mengembangkan bakat/kemampuan dia untuk
dieksplor/dibimbing dan diterapkan misalnya dalam seni, membantu les
matematika, membantu program diskusi kelompok pelajaran atau keterampilan
lainnya. Dengan pengembangan bakat tersebut peserta didik bisa belajar seperti
biasanya di sekolah dan mendapatkan uang tambahan. Namun sebelumnya sebagai
guru melakukan diskusi dengan guru, BK, dan tenaga kependidikan lainnya agar
siswa tersebut diberi kesempatan kembali. Selain itu, pendekatan kepada orang
tua juga penting. Bicarakan dengan orang tua bahwa untuk saat ini belajar di
sekolah sangat dianjurkan untuk kehidupan yang lebih baik. Ketika semua
komponen sepakat maka masalah pribadi dari peserta didik tersebut dapat
terselesaikan.
b. Masalah Sosial
Contoh masalahnya yaitu merasa
minder dengan teman-teman kelasnya sehingga bersikap individual dan melakukan
aktivitas sendiri. Tentunya hal tersebut jangan sampai ada di sekolah, karena
akan berdampak pada proses pembelajaran. Padahal di Kurikulum 2013 kompetensi
inti yang kedua yaitu dari aspek sosial yang menuntut siswa untuk mampu bekerja
sama dengan peserta didik lainnya, mengutarakan pendapat, belajar secara aktif
dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagai guru mata pelajaran harus memahami
mengapa peserta didik tersebut tidak mampu bersosialisasi dengan peserta didik
lainnya. Setelah tahu penyebabnya guru harus mampu merangkul peserta didik
lainnya agar tidak belajar sendiri, tapi belajar bersama-sama. Tidak ada
peserta didik yang dibedakan perlakuannya, semuanya memiliki kesempatan yang
sama dalam memperoleh bimbingan dari guru. Setiap pembelajaran di kelas, guru
juga harus memperhatikan semua tingkah laku peserta didik dan menekankan untuk
bekerja sama satu sama lainnya. Dengan desain pembelajaran seperti ini, semua
peserta didik tidak akan merasa minder apalagi bekerja sendiri.
c. Masalah Belajar
Contoh masalahnya yaitu peserta
didik yang nilai matematika yang diperoleh jauh dibawah rata-rata dibandingkan
dengan peserta didik lainnya. Langkah yang harus dilakukan oleh guru yaitu
mengidentifikasi mengapa hal tersebut bisa terjadi, apakah memang konsep/materi
yang susah, cara belajar yang tidak cocok, kondisi rumah/sekolah atau faktor
lainnya. Jika memang peserta didik yang memiliki kemampuan daya serap yang
kurang jangan biarkan dia belajar sendiri, tapi mesti ada yang membimbing
peserta didik tersebut di waktu lain (teman sebaya). Karena kemungkinan ketika
belajar di kelas peserta didik tersebut merasa malu jika harus mengulang materi
kembali. Oleh karena itu agar kemampuannya dapat berkembang secara optimal
teman sebaya sangat dibutuhkan. Guru menunjuk teman yang dekat yang mampu
belajar bersama-sama dengan nyaman. Dan apabila masih memperoleh nilai yang
rendah perlu diperhatikan cara belajar yang cocok. Guru mengarahkan siswa
tersebut untuk memilih cara belajar yang dapat meningkatkan kemampuan
matematisnya, seperti mengulang pembelajaran setiap pulang sekolah, rajin
mengerjakan soal-soal rutin atau bahkan berkunjung ke guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Berikan motivasi bahwa dengan belajar, berusaha dengan ulet
kemampuannya dapat meningkat. Dengan langkah-langkah bimbingan dan konseling
tersebut masalah belajar yang dialami oleh peserta didik dapat teratasi.
d. Masalah Karir
Contoh masalah karir yaitu biasanya
dalam penentuan jurusan. Peserta didik menginginkan masuk jurusan IPS tetapi
orang tua menginginkan anaknya masuk ke IPA dengan alasan bahwa jurusan di IPA
memiliki prospek yang jelas dan nyata. Masalah seperti itu secara tidak
langsung menuntut anak untuk belajar bukan di bidangnya. Hal ini sangat sulit
untuk dilalui, karena rasa tidak nyaman dalam belajar akan berdampak buruk pada
psikologinya. Sebagai guru mata pelajaran matematika yang otomatis ada di
jurusan IPA dan IPS, harus paham kondisi peserta didik. Jika dia tidak
menginginkan masuk ke jurusan yang dituju kenapa alasannya. Berikan pengertian
bahwa orang tua pasti menginginkan anaknya suskses. Jika memang tetap tidak
bisa dirubah keputusannya maka guru harus dapat membimbing peserta didik dari
mata pelajaran yang bersangkutan agar peserta didik tersebut mampu membuktikan
kepada orang tuanya bahwa dengan masuk ke jurusan IPS, dia dapat berprestasi
dan mampu membanggakan orang tua dengan nilai-nilai yang bagus. Tidak hanya
asal bicara saja tetapi harus ada pembuktian kepada orang tua. Selain itu, dari
pihak sekolah pun harus bekerja sama untuk menentukan jalur peminatan peserta
didik. Berikan pengertian kepada orang tua juga bahwa background anak
ada di jurusan IPS yang harus dikembambangkan pula di kelas IPS, bukan di kelas
IPA.
5.
Jelaskan Empat Jenis komponen program Bimbingan dan
Konseling (layanan dasar, Layanan Responsif, Layanan Perencanaan Individual dan
Dukungan sistem), sebutkan contoh strateginya dan uraikan apa yang dapat anda
lakukan sebagai guru mata pelajaran dalam setiap jenis layanan!
Jawab:
a. Layanan Dasar
Layanan
dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua peserta didik
yang dilakukan oleh guru secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan yang
terjadwal di kelas ataupun kelompok sehingga tugas perkembangan peserta didik
berkembang secara optimal. Contoh strategi dalam layanan dasar yaitu bimbingan
klasikal, pelayanan informasi, pelayanan orientasi, bimbingan kelompok, dan
pelayanan pengumpulan data. Sebagai guru mata pelajaran matematika hal yang
dilakukan yaitu membantu siswa dalam memahami diri sendiri dan mengembangkan
keterampilan yang dimiliknya terutama dalam bimbingan klasikal dan bimbingan
kelompok. Hal ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas
yaitu dalam mengukur kemampuan individu. Selain itu, melalui layanan ini
pendidik dapat membimbing peserta didik secara lebih dekat di kelas.
b. Layanan Responsif
Layanan
responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan
dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera jika tidak dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru dan
alih tangan kepada ahli lain adalah contoh-contoh pelayanan responsif. Sebagai
guru mata pelajaran jika peserta didik memiliki masalah terutama dalam
pembelajaran matematika yaitu misalnya mencontek dan berbohong setiap ujian.
Hal ini tentunya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Hal utama yang
harus dilakukan oleh guru yaitu tidak langsung memarahi peserta didik tersebut
di depan teman-temannya karena nantinya akan menimbulkan rasa dendam, tapi dilakukan
bimbingan konseling individual. Dengan strategi seperti ini lambat laun peserta
didik tersebut dapat berubah ke arah yang lebih baik.
c. Layanan Perencanaan
Individual
Layanan
perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas, mengambil keputusan atas dasar pemahaman
diri dan lingkungannya yang berkaitan dengan perencanaan masa depan. Hendaknya
guru tidak memaksakan pilihan yang belum tentu peserta didik pilih. Strategi
yang dilakukan oleh guru yaitu tidak memaksakan kehendak guru agar peserta
didik memilih mata pelajaran peminatan (Kurikulum 2013) tapi berilah kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat, dan karakteristik yang
dia miliki di bidangnya. Guru hanya mengarahkan, membimbing, dan memberi
pandangan mengenai positif dan negatif mengenai dampak kemungkinan yang
dilakukan. Dengan strategi tersebut peserta didik akan bersikap dewasa dan
mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan dirinya.
d. Dukungan Sistem
Dukungan
sistem merupakan komponen pelayanan bimbingan dan konseling secara
berkelanjutan, namun tidak secara langsung memberikan bantuan kepada peserta
didik, karena dukungan sistem ini berisikan kegiatan atau tindakan yang
bertujuan untuk memperlancar penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
yang meliputi aspek-aspek pengembangan jejaring (networking), kegiatan
manajemen, serta riset dan pengembangan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru
harus bekerja sama dengan tenaga kependidikan lainnya atau bahkan dengan orang
tua serta masyarakat. Selain itu, jika guru telah mendapatkan ilmu/wawasan dari
hasil pengembangan kemampuan pendidik, tidak hanya dipahami oleh sendiri tapi
harus di transferkan atau di diskusikan dengan tenaga kependidikan lainnya sehingga
kondisi yang kondusif serta menciptakan masyarakat belajar yang saling
mendukung sama lain. Iklim seperti inilah yang dapat menghasilkan peserta didik
yang berkualitas.
6.
Jelaskan prinsip BK yang berkaitan dengan pengorganisasian, minimal 4!
Jawab:
1. Program
layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas.
2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing
3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan potensi-ppotensi (bakat, minat dan keahlian masing-masing)
4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana
5. Menciptakan jalinan kerjasama yang efisien diantara petugas bimbingan di sekolah dan di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah.
6. Organisasi harus dapat memberikan informasi yang penting bagi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah.
2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing
3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan potensi-ppotensi (bakat, minat dan keahlian masing-masing)
4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana
5. Menciptakan jalinan kerjasama yang efisien diantara petugas bimbingan di sekolah dan di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah.
6. Organisasi harus dapat memberikan informasi yang penting bagi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah.
7.
jelaskan keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru BK
sebagai konselor!
Jawab:
Konselor yang terampil
adalah yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu
mengimplementasikan dalam proses konseling. Secara umum proses konseling
terbagi atas tiga tahap yaitu : pertama, tahap awal (tahap identifikasi
masalah). Kedua, tahap pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu).
Ketiga, tahap akhir (action). Berikut akan dijelaskan masing-masing
keterampilan dalam masing-masing tahapan konseling.
A. Tahap Awal Konseling
Tahap awal konseling disebut dengan tahap identifikasi masalah. Dalam
tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh konselir yaitu :
1.
Keterampilan Atending (Attending Skills)
Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri klien yang
diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien, bahasa tubuh, dan bahasa
lisan. Keterampilan attending juga mencerminkan bagaimana konselor menghampiri
klien yang diwujudkan dalam perilaku diatas.
2.
Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau konselor
menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses berlangsung.
3.
Keterampilan Berempati (Emphaty Skills)
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan
klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
Empati diawali dengan simpati, yaitu kemampuan konselor memahami perasaan,
pikiran, keinginan, dan pengalaman klien.
4.
Keterampilan
Refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau
konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbalnya.
5.
Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali
perasaan, pikiran dan pengalaman klien
6.
Keterampilan Bertanya
Keterampilan
bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing atau konselor mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sesi konseling. Keterampilan ini penting dimiliki
oleh setiap konselor. Tanpa keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan konselor mungkin tidak dipahami klien sehingga ia tidak bisa menjawab
(diam). Tanpa keterampilan ini, konselor juga akan mengalami kesulitan membuka
sesi konseling.
7.
Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Dalam
sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya
secara berbelit-belit. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan konselor menangkap
pesan utama (ide utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutnya ditanyakan
secara sederhana dan disampaikan dengan bahasa sendiri oleh konselor, sehingga
mudah dipahami.
8.
Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan konselor
memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh
klien. Melalui keterampilan ini, klien akan selalu terlibat dalam pembicaraan
dan terbuka. Tujuan keterampilan ini adalah menjadikan klien terbuka dan
bersedia untuk berbicara serta dapat mengarahkan agar pembicaraan (wawancara
konseling) mencapai tujuan.
B.
Tahap Pertengahan
1.
Keterampilan Menyimpulkan Sementara
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan konselor
bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau
memperjelas fokus wawancara konseling.
2. Keterampilan
Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang, konselor
harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
3.
Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui
perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Keterampilan
ini akan membantu klien memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.
4.
Keterampilan Melakukan Konfrontasi
Konfrontasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang klien untuk
melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi (ketidakkonsistenan) antara
perkataan dengan bahasa badan atau perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya,
senyum dengan kepedihan dan sebagainya.
5.
Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor menjernihkan atau
memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak
meragukan.
6.
Keterampilan Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu
keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas
sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling
berlangsung secara efektif.
7.
Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan klien untuk
berpartipasi secara penuh dalam proses koseling. Melalui keterampilan ini,
konselor mengajak klien agar berbuat sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat
sesuatu.
8.
Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Minimal encouragement atau keterampilan memberikan dorongan minimal
adalah suatu upaya konselor memberikan dorongan secara langsung dan singkat
agar kliennya selalu terlibaat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka.
Keterampilan ini bertujuan agar klien terus berbicara dan dapat mengarahkan
agar pembicaraan mencapai tujuan.
9.
Keterampilan Sailing (Saat Diam)
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik
konseling. Oleh sebab itu konselor harus memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam
akan membantu konselor : (a) untuk mendorong klien untuk berbicara, (b)
membantu klien untuk lebih memahami dirinya, (c) setelah diam, klien dapat
mengikuti ekspresi yang membawanya berpikir dan bangkit dengan tilikan yang
mendalam, (d) mengurangi kecepatan wawancara.
10. Keterampilan Mengambil
Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila klien kurang
bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor
dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berpartisipasi dan
berinisiatif dalam menuntaskan pembicaraan.
11. Keterampilan Memberikan
Nasihat
Nasihat bisadiberikan kepada klien apa bila ia meminta. Meskipun
demikian pemberian nasihat tetap perlu harus dipertimbangkan.hal yang harus
dijaga untuk memberi nasihat adalah tujuan konseling, yakni kemandirian klien
harus tetap tercapai.
12. Keterampilan Memberi
Inpormasi
Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang
diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa yang
dikehendaki klien, konseler secara jujur harus mengatakan bahwa dirinya tidak
mengetahui informasi tersebut. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui,
sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya [klien mencari sendiri
sumber informasi tersebut].
13. Keterampilan Menafsirkan
atau Interpretasi
Keterampilan menafsirkan atau interpretasi merupakan upaya konselor
mengulas pikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk kepada
teori-teori. Sifat-sifat subjektif tidak boleh dimasukkan kedalam interpretasi.
C.
Tahap Akhir (Action)
1. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan
menyimpulkan merupakan kemampuan konselor mengambil inti pokok pembicaraan
selama proses konseling berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau wawancara
konseling bisa dilakukan konselor bersama klien. Dari kesimpulan pembicaraan
dapat diketahui : (a) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, (b) apa
rencana klien selanjutnya, (c) pokok-pokok pembicaraan apa yang akan
dibicarakan pada sesi selanjutnya.
2.
Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat membantu
klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, yaitu
rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik
harus merupakan hasil kerja sama antara konselor dengan klien. Dengan demikian,
keterampilan merencanakan adalah kemampuan konselor merencanakan tindakan nyata
(action) yang produktif bagi kemampuan kliennya.
3.
Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor
menetapkan batas-batas atau ukuran-ukuran keberhasilan proses konseling yang
telah dilaksanakan. Melalui keterampilan ini, konselor menetapkan sisi mana
dari proses konseling yang telah dicapai dan sisi mana yang belum. Selain itu
juga bisa ditetapkan kendala apa yang menjadi penghambat proses konseling.
Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi ditentukan apa tindak selanjutnya
(follow up-nya).
4.
Keterampilan Mengakhiri Konseling
Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan konselor
menutup sesi konseling. Secara umun penutupan sesi konseling dilakukan oleh
konselor dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) mengatakan bahwa waktu
konseling akan berakhir, (b) merangkum isi pembicaraan (isi wawancara
konseling), (c) menunjukkan kepada klien tentang pertemuan yang akan datang,
(d) mengajak klien berdiri sambil menunjukan isyarat gerak tangan, (e)
menunjukan catatan-catatan singkat kepada klien tentang hasil pembicaraan
(hasil wawancara konseling), dan (f) memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien
apabila diperlukan.
8.
Jelaskan konsep dasar dari diagnostic kesulitan belajar, dan jelaskan prosedur
diagnostiknya!
Jawab:
Diagnostik menurut KBBI adalah penentuan
jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.sedangkan
kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki
seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada
umur tersebut. Kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan
seseorang baik di sekolah, di keluarga, atau bahkan dalam lingkungan sekitar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa diagnostik kesulitan belajar adalah proses
menemukan masalah atau kendala peserta didik dalam belajar dengan meneliti apa
peneyebabnya atau gejala-gejalan baik hambatan atau kesulitan dalam belajar
yang nampak.
Prosedur Diagnostik Kesulitan
Belajar
Dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru,
yaitu:
a. Mendiagnostik kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi kasus dan
melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b.
Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar yang dialami siswa.
c. Mengadakan
terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam
rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa
tersebut.
Dalam
hal ini, guru senantiasa secara teratur memantau dan menerima informasi tentang
kemajuan belajar siswa. Informasi yang diterima dapat dijadikan sebagai
diagnostik mengenai kondisi belajar siswa. Informasi yang diterima dapat
dijadikan umpan balik untuk memantau penguatan yang dimiliki siswa dalam setiap
unit pembelajaran, mengakui apakah siswa itu sudah belajar dengan baik atau
belum, dan mengidentifikasi siswa-siswa ternyata mengalami kesulitan belajar.
9.
Jelaskan bimbingan yang bersifat:
a.
Prefentif
b.
Kuratif
c.
Korektif
d.
Preservatif
e.
Development
Jawab:
a.preventif
Bimbingan yang bersifat prefentif
(pencegahan) adalah pemberian bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan
atau persoalan yang serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara lain :
memelihara situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap baik. Dalam hal
ini hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain harus dijaga sebaik mungkin.
Saling mengerti kedudukannya sehingga satu dengan yang lainnya tidak saling
membenci. Demikian juga guru dalam menyampaikan materi harus disesuaikan dengan
keadaan anak. Minat anak dan guru berusaha semaksimal mungkin menimbulkan
semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru dan materi yang diberikan.
b. kuratif
(Penyembuhan)
Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu
uasaha bantuan yang diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami
persoalaan serius. Dengan maksud utama agar murid yang bersangkutan terbebaskan
dari kesulitan.
Dalam rangka pemberian bantuan yang
diberikan secara sistimatis kepada klien digunakan berbagai langkah dan tehnik
agar orang yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem yang
dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu perasaan, frustasi
dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
c. Korektif
Memberikan konseling kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Memberikan konseling kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
d. Preservatif
Usaha
untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik dengan selalu menjaga
hubungan agar tetap baik.
e. Development
Fungsi
pengembangan (development), yaitu
bantuan yang diberikan konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri
secara optimal. Siswa menyadari akan potensi yang dimiliki akan berusaha
memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-sungguh.
Komentar
Posting Komentar