BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bersama bahwa
Negara Republik Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Suku bangsa yang
dimaksudkan tersebut tersebar mulai Sabang sampai Merauke. Memang tidak mudah
untuk senantiasa mempertahankan agar keutuhan bangsa Indonesia tetap terjalin
sampai saat ini, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa wilayah yang mencoba
untuk mengikrarkan diri sebagai negara sendiri yang bermartabat. Dengan adanya
beberapa wilayah yang mulai memisahkan diri dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang tercinta ini, tidak lantas membuat bangsa Indonesia
secara umum mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu karakteristik yang
senantiasa akrab dengan bangsa Indonesia dengan adanya semangat gotong royong.
Prinsip gotong royong merupakan
salah satu ciri khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal ini dapat
dinyatakan dengan adanya berbagai aktivitas masyarakat Jawa Timur khususnya,
yang senantiasa mengedepankan prinsip gotong royong tersebut. Hal lain yang
mendukung keberterimaan perilaku gotong royong juga dapat dinyatakan pada
pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
perilaku gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia sebenarnya sudah sejak
dahulu kala. Hal tersebut didapatkan dari berbagai referensi yang terkait
dengan kehidupan generasi pendahulu yang senantiasa mengedepankan perilaku
gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai bahan perenungan bahwa
perilaku gotong royong merupakan sebuah manifestasi dari kepribadian bangsa
Indonesia dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam berbagai sendi
kehidupan bermasyarakat. Secara tidak langsung, perilaku gotong royong yang
dimiliki masyarakat Indonesia ini dapat mulai tumbuh dari kita sendiri dan pada
akhirnya berpotensi sebagai ekspresi perilaku dari masyarakat Indonesia.
Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa
perilaku gotong royong dapat diekspresikan dalam berbagai sendi kehidupan
bermasyarak saat ini, maka bukan berarti sesuatu yang mudah untuk senantiasa
melestarikannya. Seiring dengan perkembangan waktu yang senantiasa berjalan,
maka perilaku gotong royong yang dimiliki masyarakat dari berbagai lapisan,
mulai lapisan atas, menengah, dan bawah sekarang terlihat mulai adanya
indicator memudarnya perilaku gotong royong tersebut.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian gotong royong?
2. Bagaimana Karakteristik Gotong Royong?
3. Apa manfaat Gotong Royong ?
4. Apa Kendala Gotong Royong di Era Digital?
5. Apa Azas Kegotong Royongan?
6. Bagaiaman Upaya Melestarikan gotong royong?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian gotong
royong.
2. Untuk mengetahui bagaimana Karakteristik Gotong Royong.
3. Untuk mengetahui manfaat Gotong
Royong .
4. Untuk mengetahui Kendala
Gotong Royong di Era Digital.
5. Untuk mengetahui azas
Kegotong Royongan.
6. Untuk mengetahui upaya Melestarikan gotong royong.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Gotong royong juga sangat
sesuai dengan ajaran islam, Islam menginginkan umatnya saling mencintai,
menyayangi dan saling berbagi, itu sangat sejalan dengan prinsip gotong
royong. Semangat gotong royong dalam islam juga bisa dijadikan
ukuran keimanan seseorang, dalam hal ini Rasulallah SAW. Bersabda dalam hadist
yang di riwayatkan Bukhari,Muslim,Tirmidzi,dan Nasai:
“Tidak
beriman salah seorang diantara kamu sampai ia mencintai saudaranya sama dengan
mencintai dirinya sendiri”.
Sesama muslim adalah saudara, jadi antar sesama muslim kita
wajib saling mengasihi, saling tolong menolong dan bekerja sama dalam hal
kebaikan(Gotong Royong). Dengan landasan cinta, seorang muslim menjadi
penolong bagi muslim yang lain.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong
antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar.
Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan
masyarakat baik di kota maupun di pedesaan. Karena, dengan adanya kesadaran
setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara
bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat
lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut
akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran
setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong
maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan
diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena
individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara
masyarakat di kota tersebut.
Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto
memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai
dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia.
Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris
ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan
lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat
materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar.
2.2. Karakteristik Gotong Royong
Perilaku gotong royong pada hakikatnya identik dengan
kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini jelas dinyatakan bahwa
gotong royong tidak mengedepankan aspek
individualitas, justru kekompakan dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan
tertentu yang dilakukan atas inspirasi
positif dari berbagai pihak.
Perilaku gotong royong bukan sesuatu yang terjadi tanpa
dapat diidentifikasi. Dengan adanya perilaku ini, maka secara tidak langsung
masyarakat secara umum diberikan beberapa wacana terkait dengan karakteristik
yang melekat pada perilaku gotong royong tersebut. Berikut penjelasan yang
dimaksudkan.
Gotong-royong sudah tidak dapat dipungkiri lagi sebagai ciri
khas bangsa Indonesia yang turun temurun, sehingga keberadaannya harus
dipertahankan. Pola seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas mekanik
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, sehingga setiap warga yang terlibat
di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan berkewajiban untuk membantu, dengan
kata lain di dalamnya terdapat azas timbal balik.
Beberapa karakteristik yang dimungkinkan cukup
merepresentasikan perilaku gotong-royong dapat dinyatakan sebagai berikut.
1. Sebagai sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan
bangsa dan tidak dimiliki bangsa lain.
2. Terdapat rasa kebersamaan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Sebagai bahan pertimbangan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang selama ini ada
perlu senantiasa dijunjung tinggi dan dilestarikan agar semakin lama tidak
semakin memudar.
3. Memiliki nilai yang luhur dalam kehidupan.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena di dalam
kegiatan gotong-royong, setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama tanpa
memandang kedudukan seseorang tetapi memandang keterlibatan dalam suatu proses
pekerjaan sampai sesuai dengan yang diharapkan.
5. Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi
kebahagiaan dan kerukunan hidup bermasyarakat.
6. Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan
sifatnya sukarela tanpa mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu pekerjaan
atau kegiatan akan berjalan dengan mudah, lancar dan ringan.
Demikian beberapa karakteristik yang cukup representasif
terkait dengan seluk beluk perilaku gotong royong yang ada di masyarakat.
2.3. Gotong
Royong Dan Manfaatnya
Sudah sejak jaman dulu bangsa kita menjalankan sistem kerja masal
“GOTONG ROYONG” dalam kegiatan –
kegiatan pembangunan. Baik pembangunan untuk sarana umum ataupun pembangunan
untuk pribadi. Banyak sekali contoh – contoh yang masih bisa kita lihat dan
kita saksikan sampai sekarang. Terutama di daerah – daerah pedesaan mereka
bekerja secara bergotong royong
dalam pembangunan Balai Desa, Masjid, Saluran irigasi, Rumah, Menanam padi,
Perbaikan jalan, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang dikerjakan secara
bersama – sama tanpa ada imbalan yang mereka terima karena mereka melakukannya
secara ikhlas.
Penduduk desa yang masih sangat kental dengan rasa
kekeluargaan dan rasa persaudaraan. Mereka guyub rukun, masih dan terus
melaksanakan dan menjalankan budaya dan cara kerja yang sudah sekian ratus tahun
terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Mereka bahu –
membahu saling membantu antar sesama warga desa. Mereka bekerja dengan semangat
dan tanpa pamrih , para lelaki bekerja bersama – sama menyelesaikan pembangunan
yang direncanakan, sedangkan para ibu membantu di dapur menyiapkan makanan dan
minuman untuk para lelaki yang sedang bekerja Gotong Royong.
Selaras sekali kerja Gotong
Royong ini, dengan yang dicontohkan dalam kitab suci Al Qur’an terdapat
sebuah Surat An-Naml Allah
s.w.t menyebut binatang Semut ini agar manusia mengambil pelajaran dan hikmah
dari kehidupan semut itu. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam
tanah, membuat liang dan ruang bertingkat – tingakat sebagai rumah dan gudang
tempat menyimpan makanan. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam
kerajaan semut ini.Secara tidak langsung Allah mengingatkan agar manusia
berusaha mencukupkan kebutuhan sehari – hari, mementingkan kemaslahatan
bersama, tidak sombong , mampu berorganisasi dan bekerjasama dengan baik dan
tindakan terpuji lainnya.
Gotong Royong sebuah system kerja (Semut) yang patut untuk kita
pertahankan dan kita teruskan pada era sekarang ini. Tidak hanya bagi warga
desa saja yang bisa melakukan gotong royong , warga kotapun tentunya harus bisa
dan bahkan lebih baik. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bagi yang tinggal di
perkotaan, membangun poskamling, membersihkan parit, membangun tempat ibadah,
menjaga kebersihan dan masih banyak lagi kegiatan yang lainnya. Masalah waktu
bisa kita laksanakan pada saat hari libur.
Ketua RT dan Ketua RW sangat berperanan sekali dalam
kegiatan gotong royong dilingkunganya. Merekalah tokoh masyarakat dan motor
penggerak kegiatan – kegiatan kemasyarakatan sehingga orang-orang yang bekerja
akan merasa lebih semangat. Dan kita semua akan mendapatkan manfa’at lain yang
dari kegiatan gotong royong ini. Di antaranya :
1.
Pekerjaan
selesai dengan cepat tanpa harus mengeluarkan biaya ataupun kas RT/RW, dan jika berupa pembangunan fisik
gedung akan sangat menghemat anggaran , karena biaya untuk tenaga kerja
berkurang dengan adanya Gotong Royong.
2.
Tanpa
terasa persaudaraan dan kebersamaan sesama warga semakin erat, yang pejabat kenal dengan tetangga
yang pekerja/buruh, yang pedagang kenal dengan yang bekerja sebagai sopir, yang
kaya kenal dengan yang miskin, begitu juga sebaliknya.
3.
Keamanan
lingkungan semakin terjamin,
dengan rasa persaudaraan dan kebersamaan serta saling kenal diantara warga
tentunya jika ada pendatang baru ataupun ada tamu asing yang mencurigakan tentu
warga akan cepat mengetahuinya.
4.
Ketentraman dan kedamaian, akan diperoleh jika antar sesama warga saling
peduli dan saling membantu dengan sesama warga lainya.
5.
Gotong royong tidak mengenal perbedaan,
sehingga ketika di laksanakan semua akan terasa sama.
Tentu kita semua berharap bisa hidup dan tinggal di
lingkungan yang tentram dan damai. Gotong Royong merupakan salah satu cara yang
efektiv dan mudah untuk mencapai keadaan itu, diantara cara-cara yang
lain. Untuk itu marilah kita semua budayakan gotong royong dari
sekarang agar manfaat-manfaat di atas dapat kita rasakan.
2.4. Azas
Kegotong Royongan
Sekarang mari kita lihat pengamalan azas gotong royong dalam berbagai kehidupan! Perwujudan
partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan pengabdian dan kesetiaan
masyarakat terhadap program reformasi yang mana senantiasa berbicara, bergotong
royong dalam kebersamaan melakukan suatu pekerjaan. Sikap gotong royong memang
sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia yang harus benar-benar dijaga dan
dipelihara, akan tetapi arus kemajuan ilmu dan teknologi ternyata membawa
pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan kepribadian suatu bangsa, serta
selalu diikuti oleh perubahan tatanan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat.
Adapun nilai-nilai gotong royong yang telah menjadi bagian
dari kebudayaan bangsa Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh
tersebut. Namun syukurlah bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-nilai
keagamaan yang merupakan benteng kokoh dalam menghadapi arus perubahan jaman.
Untuk dapat meningkatkan pengamalan azas kegotongroyongan
dalam berbagai kehidupan perlu membahas latar belakang dan alasan pentingnya
bergotong rotong yaitu:
1.
Bahwa manusia membutuhkan sesamanya
dalam mencapai kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.
2.
Manusia baru berarti dalam
kehidupannya apabila ia berada dalam kehidupan sesamanya.
3.
Manusia sebagai mahluk berbudi luhur
memiliki rasa saling mencintai, mengasihidan tenggang rasa terhadap sesamanya.
4.
Dasar keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengharuskan setiap manusia untuk bekerjasama,
bergotong royong dalam mencapai kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di
akhirat.
5.
Usaha yang dilakukan secara gotong
royong akan menjadikan suatu kegiatan terasa lebih ringan, mudah dan lancar.
2.5 Kendala Gotong Royong di Era Digital
Membuat sesuatu yang baik dan melestarikan hal tersebut
bukan sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan, salah satunya semangat untuk
melestarikan perilaku atau semangat kegotongroyongan di tengah masyarakat.
Berikut ini akan disajikan sejumlah kendala yang dihadapi terkait dengan
perilaku gotong royong yang ada di tengah masyarakat.
Terdapat anggapan bahwa gotong-royong yang dimiliki bangsa
ini hanya bersifat aman dan menguntungkan bersama. Sementara gotong-royong yang
susah bersama adalah sesuatu yang sulit diperoleh. Gotong-royong yang dimiliki
bangsa ini adalah gotong-royong yang harus mempunyai feed back.
Adanya trend mengenai peningkatan intensitas jumlah kasus konflik/
kekerasan yang bernuansa agama dari tahun 2009 hingga 2012 menjadi catatan
sendiri. Perlu dipahami bahwa adanya konflik berbasis keagamaan ini akan
menjadi ancaman serius dimasa mendatang bagi keutuhan bangsa Indonesia.
1.
Nilai-nilai karakter gotong royong
yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan secara menyeluruh, sehingga
berdampak pada pemahaman setengah yang dimiliki siswa mengenai perilaku gotong
royong tersebut.
2.
Kurangnya pemahaman pihak masyarakat
bahwa saat ini tidak relevan ketika harus menggunakan prinsip gotong royong,
sehingga pemahaman seperti ini akan dianggap sama dan tidak ada kesalahan di
dalamnya.
3.
Mulai memudarnya rasa sosial yang
tertanam di masyarakat, baik wilayah di pedesaan maupun di perkotaan. Kalau
diperkotaan sudah bisa kita maklumi, karena tantangan hidup sangat berat, tanpa
uang bisa mati kelaparan. Sedangkan di desa masih punya kemudahan untuk
bertahan hidup.
4.
Kurangnya keteladanan dari pihak
pemerintah sendiri, umumnya tidak pernah turun tangan ke dalam masyarakat untuk
membangkitkan rasa sosial yang sudah lama hilang di dalam masyarakat.
Demikian sejumlah yang mungkin akan dapat dikaji ulang
terkait dengan semakin memudarnya semangat gotong royong di masyarakat.
2.6
Upaya Melestarikan Gotong Royong
Sudah menjadi harapan semua pihak agar semangat gotong
royong yang semakin lama semakin memudar seiring dengan kemajuan dalam dunia
digital, maka setidaknya perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar
kelestarian perilaku gotong royong dapat bertahan.
Adapun beberapa upaya yang dimaksudkan tersebut sebagai
berikut.
1. Pihak masyarakat
a. Meminimalisir atau bahkan
menghilangkan anggapan yang menyatakan bahwa perilaku gotong royong tidak
penting . Dengan cara seperti ini maka dapat dimungkinkan akan terbangun
motivasi internal pada masyarakat lapisan bawah untuk menanamkan semangat
melestarikan perilaku kegotongroyongan.
b. Tidak memanfaatkan berbagai macam
kasus tertentu (RAS) sebagai upaya untuk menunggangi dengan perilaku
gotongroyong. Aapabila hal ini dilakukan akan menciderai nilai dari gotong
royong tersebut.
c. Meminimalisir jarak yang jauh antar
lapisan masyarakat. Dengan cara ini maka dimungkinkan apabila ada gotong royong
yang dilakukan tidak semakin canggung dilakukan.
2.
Pihak Pemerintah
a.
Mampu memberi contoh atau ketedanan
bagi masyarakat agar senantiasa mengaktifkan kebiasaan gotong royong dengan
terjun langsung ke lapangan.
b.
Memberikan reward bagi pihak
tertentu yang senantiasa melestarikan tradisi gotong royong. Hal ini apabila
dilakukan akan memberikan motivasi positif dan atau rangsangan agar senantiasa
memasyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Kata Gotong Royong belakangan
ini seperti sudah terlupakan, seiring dengan tumbuhnya sikap individualistis
masyarakat , Seiring pudarnya Ideologi pancasila, nilai-nilai
persaudaraan sesama saudara seagama seolah ikut pudar, padahal sebagian besar
masyarakat kita adalah beragama islam yang jelas-jelas mengajarkan kita untuk
saling kasih mengasihi antar sesama, dan agama lainyapun pasti mengajarkan hal
yang sama.
Gotong Royong adalah
budaya asli Indonesia yang sangat sesuai dengan ajaran agama, jadi alangkah
indahnya kalau budaya gotong Royong itu kita tumbuhkan lagi, kita
giatkan lagi, mari kita berbagi dan bergotong Royong karena keimanan,
mari kita mulai menyingkirkan budaya barat yang individualistik dan
materialistik yang sangat bertentangan dengan ajaran agama kita, karena
kehidupan di dunia ini hanya sebentar saja.
DAFTAR PUSTAKA
Andrain, Harles 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan
Sosial.Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Ditjen Diknasmen.2004. Pelajaran Pengetahuan Sosial
Kelas IX . Jakarta: Depdiknas.
Louer, H. Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan
Sosial. Jakarta:
Rineka Cipta.
Puskur. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa. Jakarta: Pedoman.
Komentar
Posting Komentar