Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Desentralisasi Pendidikan Nasional

a. Pengertian Desentralisasi Pendidikan Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin   de,   artinya lepas dan centrum,   yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari pusat. Sementara, dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1 disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum desentralisai pendidikan adalah pelimpahan wewenang   (autority)   dan tanggung jawab   (responsibility)   dari institusi pendidikan tingkat pusat kepada institusi pendidikan di tingkat daerah hingga pada tingkat sekolah. Desentralisasi mengandung arti pelimpahan kekuasaan oleh pusat kepada aparat pengelola pendidikan yang ada di daerah pada tingkat propinsi maupun lokal, sebagai perpanjangan aparat pusat untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam pengelolaan pendidikan di daerah. [ Penge

Filsafat Administrasi Pendidikan

  a . Pengertian Filsafat Administrasi Pendidikan Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa arab falsafah. Dalam bahasa yunani disebut philoshopia, dalam bahasa inggris philoshopy. “Philos” berarti mencintai, dan “shopia” berarti kebenaran, kearifan, kebahagiaan. Secara terminologi filsafat berarti menjadi usaha manusia dalam mencari kebenaran dan kearifan supaya menemukan kebahagiaan melalui pemikiran dan penemuan yang mendalam, meluas dan menyeluruh. Subtansi filsafat adalah kebenaran. Kebenaran memiliki 4 arti yang berbeda: 1. Kebenaran metafisik yaitu kebenaran yang berasal Tuhan sang pencipta 2. Kebenaran etik seseorang dikatakan benar bila ia berpegang dan melakukan Tindakan sesuai dengan standar perilaku yang harus dilaksanakannya. 3. Kebenaran logik adalah kebenaran hasil konsensus, dianggap benar apabila secara matematis konsisten atau koheren dengan yang telah diakui dalam kebenaran metafisik dan kebenaran etik. 4. Kebenaran empirik, kebenaran yang t